Sementara masyarakat Banten tercekam dengan kontrol dan pengawasan Pemerintah Kolonial yang demikian ketat akibat Peristiwa Pemberontakan Banten 1926, warga Banten di perantauan terus menyuarakan ide-ide kemajuan yang kritis baik dengan kondisi Banten yang memprihatinkan secara ekonomi, sosial dan pendidikan, maupun dengan kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial. Mereka mendirikan Perhimpunan Boedi Banten dan Perkumpulan Tirtajasa antara tahun 1928-1930. Meskipun kedua perkumpulan tersebut dibentuk oleh orang Banten di tempat yang berbeda, namun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu berpartisipasi memajukan ekonomi dan pendidikan orang Banten.